Path, aplikasi jejaring sosial yang populer di Indonesia justru tidak banyak penggunanya di negara asalnya di Amerika. Padahal, Path didirikan oleh Dave Morin, mantan karyawan Facebook dan seperti Facebook, Path juga bermarkas di Bay Area, San Francisco, California.
Namun kalau dilihat jumlah penggunanya, separuh dari 6 juta pengguna aktif Path berada di luar Amerika, dengan jumlah ketiga terbanyak ada di Indonesia seperti dilansir situs voa.
Dalam forum Aspen Ideas baru-baru, investor teknologi Jerry Murdock yang menanamkan modalnya di Path, mengangkat kesuksesan Path di Jakarta. "Jakarta adalah tempat yang sangat menarik," ujar Murdock dalam forum yang dihadiri para pengusaha, pakar dan jurnalis teknologi. "Jakarta adalah satu kota terbesar di dunia, dan salah satu dengan kemacetan terparah."
Dengan banyaknya waktu yang dihabiskan di tengah kemacetan, aplikasi di ponsel menjadi tempat 'bermain' yang mengasyikkan. "Hubungan dengan keluarga dan kerabat dekat sangat penting di Indonesia," tambah Murdock.
Dengan sifat interaksi di Path yang lebih eksklusif dengan batas 150 teman, pengguna Path merasa lebih nyaman untuk berbagi informasi dan foto. "Informasi dan foto yang mereka enggan taruh di Facebook, mereka bisa taruh di Path." Rasa nyaman berbagi yang tercipta via Path inilah, yang menurut Murdock, mengena di Indonesia.
Ke depannya, Path akan tersedia di lebih banyak sistem operasi smartphone dan tablet. Aplikasi Path yang semula hanya dapat diunduh pengguna iPhone dan Android, kini semakin tersedia luas. Path kini tersedia bagi pengguna tablet Kindle Fire produksi Amazon dan pada Windows Phone, termasuk Nokia Lumia terbaru, 1020.